Uki L. 2012. The Kampretoz. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

The Kampretoz, bukan tim penjinak kampret, apalagi kumpulan kampret sirkus. Para bos di kantor sering menyebut gue dengan sebutan “kampret”. Untungnya, gue nggak sendiri. Ada Momo yang lubang hidungnya selebar tambang Freeport, Kentung yang suara buang gasnya punya nada satu oktaf lebih tinggi dari kebanyakan orang, dan Soez, pendekar berhati keibuan.

Kenapa bos menyebut kami kampret? Padahal kami tidak bersayap dan yang jelas tidak bertaring. Alasannya sederhana. walau kami semua manajer, kelakuan kami dianggak nggak beda sama anak yang baru lulus SMU. Saking seringnya dipanggil kampret, kami memproklamasikan diri sebagai The Kampretoz. Kenapa? Untuk membuktikan kalo para kampret itu kompak.

Kampretoz memang kumpulan manusia unik yang tidak merasa paling sempurna. Tetap menjalani gaya sendiri walau dibilang kampungan. Menjadi dewasa tanpa harus kehilangan senyum cengengesan dan canda tawa ancur.

The Kampretoz adalah tentang persahabatan orang-orang kantoran. Persahabatan yang bikin para pegawai rajin datang ke kantor walau selalu dimarahin bos. Dan, tetap tertawa bersama-sama walau diancam nggak naik jabatan. Kisah ini adalah sebagian cerita yang terjadi selama empat tahun yang tak terlupakan bersama sahabat.

By Taufiq Kurniawan

Interested on library and information science, literacy, digital library, digital humanities, data science, media and culture studies.