Trimoelja D. Soerjadi. 2014. Manusia Merdeka: Sebuah Memoar. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
“Saya kenal Trimoelja D. Soerjadi sejak lama dan telah bekerja sama bahu-membahu dalam pembelaan berbagai kasus hukum. Advokat Jawa Timur ini terbukti mampu berkiprah di tingkat nasional. Karakternya yang kuat, keteguhannya memegang prinsip, dan pengalaman panjangnya di dunia hukum telah menempatkannya di dalam jajaran Hall of Fame Advokat Pejuang Indonesia.”
— Adnan Buyung Nasution
“Trimoelja di mata saya adalah orang yang sangat sederhana, meskipun kiprahnya tidak sederhana. Kiprahnya dapat mengguncang kezaliman-kezaliman yang ada. Trimoelja adalah advokat yang cerdas. Ia seolah memiliki sejumlah jurus untuk membela kepentingan dari pihak yang dibelanya. Fokus dan all out itulah branding yang saya berikan kepada Trimoelja.”
— Prof. Hikmahanto Juwana, SH., LL.M, PH.D., Guru Besar Fakultas Hukum UI
“Buku ini ditulis dengan jujur dan apa adanya, serta dengan kesederhanaannya. Menceritakan malang-melintang sepak terjang beliau dalam melaksanakan pekerjaan sebagai pengacara, yang saya sendiri pernah menjadi tim pengacara dengan beliau. Di sini dapat diambil pelajaran bahwa dengan keberanian dan kegigihan, pekerjaan ini dapat diselesaikan dengan berbagai pengalaman. Keuletan beliau dalam melakukan penegakan hukum dan keadilan akhirnya bisa terpuaskan.”
— Amir Syamsudin, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI
“Trimoelja D. Soerjadi adalah pengacara ‘putih’ yang menembus batas nalar keberanian. Di tengah iklim represif di era Orde Baru sekalipun, Pak Tri tetap kukuh pada integritasnya tanpa kompromi. Juga ditengah carut-marut budaya hukum di era reformasi saat ini, Trimoelja bergeming menegakkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan, terutama bagi kaum tertindas, serta etika profesi di kalangan advokat. Buku ini mengisahkan ketegaran dan keberanian seorang Trimoelja menembus tembok kekuasaan yang paling mustahil sekalipun demi menegakkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan, meski sering kali ia harus menelan kepahitan dan kegetiran, bahkan didera secara fisik di luar batas keadaban, tetapi Pak Tri pantang surut, dan ia terus melangkah.”
— Dr. H. Soekarwo, Gubernur Jawa Timur.