Putu Fajar Arcana. 2012. Gandamayu. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.

Membaca Gandamayu adalah pengalaman emosional, seperti sedang didongengi mesra oleh orang yang begitu mencintai kita dan ingin berbagi tentang nilai-nilai kehidupan. Gandamayu lebih dari sepenggal kisah Mahabharata yang dahsyat, ia adalah napas kerinduan pada sebuah masa kecil yang indah dan dunia yang tenteram. Puitis dan spiritual!
— Mira Lesmana, Produser dan Penulis Naskah Musikal Laskar Pelangi.

Sebuah cerita denga latar belakang epik sejarah yang kuat. Kisah yang sesungguhnya mengangkat tentang perjuangan dan pengorbanan perempuan untuk bisa maju dan berdiri tegak tanpa mengecilkan arti kehadiran laki-laki. Recommended!
— Lola Amaria, Sutradara dan Bintang Film Minggu Pagi di Victoria Park.

Novel ini dibuka dengan pelukisan yang magis, memakai latar epik Mahabharata. Kita seperti diingatkan kembali pada ketabahan dan martabat manusia, yang mampu melampaui maut dan kematian. Kisahnya menantang kita untuk merenungkan kembali, ketika yang baik dan yang buruk, seringkali saling menyaru.
— Agus Noor, sastrawan founder akun @fiksimini di Twitter.

Putu Fajar Arcana adalah sastrawan yang menghasilkan beberapa buku. Cerpennya terkumpul dalam antologi Bunga Jepun (2003) dan Samsara (2005). Buku esainya Surat Merah untuk Bali (2007) disambut sebagai buku dengan catatan kritis tentang tanah kelahirannya, Bali. Cerpennya pernah lolos dalam Cerpen Pilihan Kompas 2003 dan 2004. Cerpen “Para Penari” dinobatkan sebagai cerpen terbaik nasional tahun 2002. Cerpen Rumah Makam diterbitkan dalam bahasa Swedia. Pengarang saat ini menjadi editor kebudayaan Kompas.

By Taufiq Kurniawan

Interested on library and information science, literacy, digital library, digital humanities, data science, media and culture studies.